How Might We (HMW) atau dalam Bahasa Indonesia bisa kita artikan sebagai “Bagaimana Cara Kita…(?)” adalah sebuah proses brainstorming dimana kita mencari pain points dan dan membingkai ulang pertanyaan sehingga jawaban yang diharapkan muncul adalah berupa langkah-langkah aksi yang kongkrit. Dengan menggunakan pendekatan ‘Bagaimana’, diharapkan dapat memotivasi peserta desain sprint untuk aktif mencari solusi dari HMW yang disampaikan. HMW pertama kali digunakan oleh Procter & Gamble pada tahun 1970.
Kenapa disebut How Might We?
- “How” atau “Bagaimana” menunjukkan bahwa kita saat ini belum memiliki jawaban dari pertanyaan tersebut. Hal ini memungkinkan kita untuk mempertimbangkan beberapa pilihan jawaban yang mungkin timbul dan menggali lebih dalam baik pertanyaan maupun solusi-solusi yang ditawarkan.
- “Might” atau jika diterjemahkan bebas ke Bahasa Indonesia menjadi “Mungkin”. Kata ini membuka berbagai kemungkinan yang dapat kita pikirkan dan jabarkan dari berbagai perspektif. Berbagai potensi kemungkinan adalah “bensin” dari inovasi 😉
- “We” atau “Kita”. Membangkitkan semangat teamwork. Bagaimana kolaborasi menjadi jembatan untuk menyatukan ide-ide yang timbul dan bersama-sama menciptakan solusi yang fantastis.
Cara membuat How Might We Questions
HMW Question biasanya dimulai dari temuan (insight) bahwa ada gangguan/hambatan yang membuat suatu pengalaman menjadi kurang maksimal dan upaya untuk mengatasinya. HMW bisa dilihat dari sisi pengguna ataupun dari sisi produksi.
Setelah temuan-temuan tersebut diketahui/disadari, hal yang dilakukan selanjutnya adalah membingkai ulang insight tersebut dan mengubahnya menjadi pertanyaan ‘How Might We’.
Ketika kita menyusun pertanyaan tersebut, kita juga dapat sambil memikirkan kira-kira apa saja faktor yang berpengaruh. Namun, ketika kita (misalnya) menyadari atau mendapatkan ide untuk jawabannya, jangan buru-buru untuk menghapus pertanyaan tersebut. Biarkan pertanyaan tersebut untuk kemudian dibaca juga oleh anggota tim lain sehingga muncul berbagai variasi dan ide yang mungkin luput dari pemikiran kita. Hindari juga memberikan “petunjuk” atau solusi pada HMW yang kita tulis agar yang membaca kemudian tidak terpaku pada “solusi” yang ditampilkan.
Buatlah HMW sebanyak mungkin dengan catatan pertanyaan HMW tidak terlalu luas atau justru terlalu sempit cakupannya. Ketika pertanyaan terlalu luas, maka akan terlalu banyak ide bahkan diskusi akan semakin “liar”. Namun ketika cakupan pertanyaan terlalu sempit, diskusi akan “stuck” karena tidak banyak ide yang bisa digali.
Contoh HMW yang baik:
Bagaimana cara kita mendesain produk yang membuat user merasa nyaman dan aman ketika mereka melakukan transaksi di luar negeri?
Contoh HMW yang terlalu sempit:
Bagaimana cara kita mendesain sebuah produk yang dapat membantu user mendeposit gaji mereka dalam 3 langkah mudah dengan mengikuti flow yang sudah disediakan?
Contoh HMW yang terlalu luas:
Bagaimana cara kita mendesain banking app paling inovatif sedunia?
Alat & Bahan yang dibutuhkan
Menurut buku Sprint: How to Solve Big Problems and Test New Ideas in Just Five Days karya Jake Knapp, dalam proses HMW hal yang dibutuhkan adalah:
- Setumpuk Sticky Notes / Post-It untuk setiap peserta
- Spidol
- Sticker bulat berwarna untuk voting
Idealnya HMW dilakukan pada ruangan luas dengan 2 whiteboard, namun jika tidak ada juga tidak apa-apa. HMW notes ini nanti akan ditempel (misalnya di dinding, whiteboard, meja) agar semua peserta dapat melihat HMW yang ditulis peserta lain, dan menggolongkan pertanyaan HMW yang muncul dalam kelompok-kelompok.
Setelah dikelompokkan, setiap peserta mendapatkan 2 stiker bulat berwarna untuk menentukan pilihan pertanyaan apa yang seharusnya menjadi prioritas pada sprint kali ini. Untuk peserta yang memiliki status sebagai “pengambil keputusan” misalnya C-level, diberikan 4 stiker karena pendapat mereka akan lebih penting dari yang lainnya. Peserta boleh memberikan 2 stikernya pada 1 pertanyaan yang sama dan boleh untuk memvoting pertanyaan mereka sendiri.
Sebelum peserta memvoting, moderator sebaiknya mengingatkan kembali semua peserta agar mengingat-ingat dan memahami sprint goal yang sudah disepakati sebelumnya agar HMW yang dipilih sebagai prioritas dapat mengarahkan team untuk mencapai goal tersebut. Apabila ada yang dirasa “penting” namun tidak sesuai goal maka bisa dijadikan goal/prioritas pada sprint selanjutnya.