Beberapa pekan mengurus blog dan perintilannya saya sampai pada berbagai artikel tentang tips sukses blogging endesbre-endesbre. Salah satu tipsnya adalah “Tentukan niche blog”. Terdengar normal dan masuk akal, namun tetap saja membuat saya merenung berhari-hari (lebayyy!).
Mengapa harus niche blog?
Sebelumnya, mari saya jelaskan dulu apa itu niche blog. Niche blog adalah suatu blog yang fokus pada satu topik tertentu, misalnya parenting, fashion, kesehatan, beauty, gaya hidup dlsb. Sebagai contoh, mari kita bahas suatu blog yang fokus pada tema kecantikan atau teknologi. Biasanya blogger yang membahas tentang kecantikan, kosmetik dan sejenisnya akan disebut sebagai beauty blogger. Pun untuk blogger yang membahas teknologi terbaru, gadget dan sejenisnya akan disebut tech blogger. Dengan melekatnya suatu “titel” tadi akan membuat si blogger tersebut dikenal sebagai “ahli” di bidang yang dia bahas dan konten- kontennya pun akan jadi referensi banyak orang di bidang tersebut.
Nah, dari sini sudah kebayang dong bahwa para blogger tersebut akan berhasil membangun komunitas (kita sebut saja sebagai fans atau followers) yang ujung- ujungnya akan membuka peluang endorsement. Contohnya blog lippielust yang niche banget membahas seputar lipstik, dan sampai sekarang pun udah jadi panduan orang-orang sebelum beli lipstik. Passion kak Rissa terhadap lipstik berhasil membawa beliau bekerja sama dengan brand-brand besar.
Keuntungan lain yang saya baca jika kita memiliki niche blog adalah CTR adsense yang lebih tinggi karena penempatan dan pemilihan iklan akan sesuai dengan tema yang dimiliki blog tersebut. Sementara untuk blog yang tidak memiliki tema khusus macam blog saya ini kadang iklan yang muncul masih random. Misalnya di konten saya yang bertema beauty tapi iklannya software desain grafis.
Keuntungan lain dari niche blog adalah: blognya bisa dijual. Baru-baru ini saat saya blogwalking saya ketemu artikel yang bercerita tentang penjualan niche blog yang menurut saya cukup menarik. Bahkan ada bisnis dimana mereka memproduksi berbagai niche blog untuk kemudian dijual ke perusahaan-perusahaan terkait. Ternyata untuk jual-beli niche blog itu ada website khususnya (tapi saya lupa nama webnya), namun tidak jarang juga perusahaan mengakuisisi blog dengan cara menjapri si pemilik blog. Angkanya pun cukup fantastis yaitu bisa menyentuh milyaran ketika dikonversi ke kurs rupiah (mahal murahnya suatu blog tergantung dari berbagai aspek seperti alexa rank, jumlah pv, da, pa, dlsb dan tentu saja skill tawar-menawar).
Dari hal-hal tersebut di atas membuat saya mengambil kesimpulan bahwa munculnya rekomendasi mengapa suatu blog sebaiknya niche adalah : faktor uang (kemampuan monetisasi) dan ketenaran.
Mengapa blog saya tidak niche?
Huft!
Dengan mengingat keuntungan yang ditawarkan niche blog kadang ada rasa kepingin juga bisa bikin niche blog begitu. Saya tidak ingin ketenaran, tapi saya ingin uangnya (yhaaa~). Namun saya pun sadar diri dengan personality saya yang cenderung generalist. You don’t need to be that hard with your personal blog. Saya meyadari ketika saya memutuskan untuk niche, maka blog ini akan lebih banyak terlantarnya daripada dipakenya 😅. Maklum, minat saya banyak dan rasanya belum sanggup untuk bikin program 1 minat 1 niche blog. Dulu sempat pernah memisah-misah minat menjadi beberapa domain, namunnnn saya ga kuat ngurusnya pemirsahh! Yang ada malah keteteran semua 😭.
Ya, itulah alasan kenapa blog saya tidak niche blog. Tapi apakah saya pesimis? Tentu tidak!
Coba sekarang pikirkan Amazon, Tokopedia, Shopee, Gojek, Grab, Wikipedia… Mereka mungkin memiliki bidang tertentu seperti e-commerce atau ride hailing namun apakah mereka niche? Apakah ketika ingin membeli kosmetik saya lebih memilih untuk beli di Sociolla dibandingkan Tokopedia atau Shopee? Padahal kan Sociolla lebih niche daripada Toped atau Shopee. Dan alasan saya menempatkan Amazon di tempat pertama adalah ambisinya menjadi “The Everything Store”. Yep, Bezos menyadari di era internet ini kita nyaris bisa menjual apapun dan menurut saya ini suatu inspirasi. Mungkin saya tidak membangun toko, tapii saya bisa membangun semacam “The Everything Blog”(?). Ya mirip wikipedia gitu lah tapi saya kurasi sendiri dan saya plesetkan jadi ‘Wipikedia’.
Ujung-ujungnya saya pikir ini masalah navigasi yang mumpuni dan bagaimana kita memahami user kita dan membantu mereka dalam information foraging. Soal information foraging ini nanti kita bahas kapan-kapan, karena kalau dibahas di sini nanti bisa panjang banget.
ya ya lihat para blogger yang mempunyai niche tertentu dan mendapat banyak tawaran buat mata ijoo.
mau buat blog yang punya niche tertentu kan butuh keahlian ya, tap keahlian bisa di latih.
ternyata jawannya adalah tipe generalist.
betul mas. Mungkin musti dari blog gado2 dulu minimal buat ngelatih nulis 🙂
Saya juga tidak peduli tentang niche blog sih, yg penting menulis saja sesuai selera… 🙂