Aroma Karsa adalah salah satu karya Dewi (Dee) Lestari yang bercerita tentang tokoh-tokoh yang mengalami Hiperosmia atau meningkatnya kemampuan penciuman. Kemampuan ini dicari oleh seorang perempuan berpengaruh yang mempunyai cita-cita untuk mencari Puspa Karsa – sebuah tanaman legenda – yang hanya memberi petunjuk kepada orang-orang pilihan lewat baunya.
Applause yang meriah untuk Mba Dee mengolah kata-kata sehingga terkesan dalam, puitis, namun luwes, hal lain yang jelas-jelas tidak bisa kita abaikan adalah betapa detailnya research yang dilakukan. Keseriusan Dewi Lestari ini juga bisa teman-teman lihat & rasakan sendiri melalui website pribadi Dee Lestari. Mulai dari datang ke Bantargebang, mewawancarai & mendaki Gunung Lawu, sampai mengikuti kursus parfum. Tidak ketinggalan Mba Dee juga terus mengasah kosakatanya dengan membaca berbagai buku tentang aroma & pembauan agar pembaca tidak bosan dengan kata-kata yang itu-itu saja.
Kesan-Kesan Membaca Aroma Karsa
Selain berkali-kali berkomentar “Luar Biasa!”, saya memiliki beberapa pertanyaan terkait novel ini. Dimulai dari pertanyaan klasik dan paling umum (serta pertanyaan yang paling sering ditanyakan pembaca) yaitu : tentang akhir novel ini. Kayaknya wajar saja kalau kita panasaran soal ending novel ini bukan? Haha.
Mba Dee sendiri konon dalam website dan comment section terkait Aroma Karsa berjanji akan memberikan penjelasan soal ini, kita hanya diharapkan menunggu penjelasan Mba Dee itu.
Saya sendiri sejujurnya tidak terlalu mengikuti kiprah Mba Dee (karena lebih banyak baca buku non-fiksi), apakah ketika menerbitkan Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, Mba Dee sudah memproklamirkan bahwa Supernova ini adalah novel serial? Kalau tidak disebutkan dari awal, mungkin untuk Aroma Karsa ini bisa jadi Mba Dee melakukan strategi yang sama….Hmm.
Hal yang sempat saya pikirkan ketika membaca bab-bab awal yang mengisahkan tentang Jati Wesi, entah mengapa dari awal Jati Wesi ini terlihat sebagai “seorang ningrat yang bau”. Mulai dari tutur katanya, cara bersikap, termasuk (tak diragukan lagi) selera wewangiannya. Padahal dari kecil sudah hidup dalam lingkungan yang keras & kasar. Namun yah, apa mau dikata, efek lingkungan harus kita kesampingkan sejenak karena sifat tanpa cela itu adalah salah satu modal untuk menemukan Puspa Karsa.
Hal lain yang saya pertanyakan adalah tentang Puspa Karsa itu sendiri. Apakah benar selama waktu yang panjang itu dia benar-benar tertidur? Atau dalam sekejab dari waktu dia bangun, dia bisa menyusun strategi yang komprehensif dan mind blowing begitu? Apakah Puspa Karsa ini bisa di-lodeh atau di-sop biar aku bisa kebagian kepintarannya?
Sulit Berimajinasi
Namun keluwesan Aroma Karsa menggabungkan kisah Majapahit, misteri, fantasi & olfaktori harus sedikit dirusak oleh ketidakmampuan saya dalam berimajinasi yang hanya level cerita silat Indosiar. Ketika memasuki Dwarapala dan adegan action-nya mulai bermuculan, entah mengapa terbayang lengkap dengan efek kamera yang kentara :|. Duh!
Meskipun demikian, saya berharap Aroma Karsa ini mampu mengikuti jejak-jejak Novel Dee sebelumnya : masuk ke layar bioskop! Amin! Tentu saja ada harapan ekstra semoga green screen atau efek kameranya halus dan tidak merusak cerita yang sudah hebat ini, pun pemilihan pemain yang pas dengan image karakter-karakter Aroma Karsa.
Overall, buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca. Skor saya adalah : 4,5/5!
Selamat membaca! Buat yang sudah membaca boleh sharing-sharing juga pendapat tentang buku ini di kolom komentar ya 😀
Saya sudah reread novel ini. sukaaa sekali dengan tema cerita yang cukup antik, mengenai negeri kasat mata, mengenai banaspati, dan mengenai cinta dari aroma parfum. Memang pada dasarnya, saya penyuka novel sejarah sih, jadi bisa langsung klik. Apalagi di kata pengantar dee menyampaikan kekagumannya pada Pak Langit, seorang maestro penulis novel tema sejarah. Saya yang sudah familier dengan karya Pak Langit, jadi langsung tertarik begitu membuka Aroma Karsa.
Hihi.. cuma nggaak asik ya kalau pas adegan mengejar banspati, trus bayangan kita kebawa ke sinetron yang itu.
Oh gitu mba? Saya sebenarnya agak jarang baca novel, kebalikan dengan ade saya yang penyuka novel. Ini pun novelnya punya ade saya, saya cuma pinjam saja haha.
Mba Dewi ada novel karya Pak Langit yang paling direkomendasikan? Kali2 aja saya bisa menghasut ade saya buat beli *lah* eheheheheehehehehehehe~