Tentang Game Final Fantasy XII
Mitologi modern dalam game Final Fantasy XII ini bisa jadi dilihat dalam konsep “cocoklogi” semata, namun poin yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah bagaimana suatu konsep/kejadian di dunia nyata dinaturalisasi sedemikian rupa sehingga menjadi cerita game yang apik. Sebelumnya mari saya jelaskan terlebih dahulu soal game ini : Final Fantasy XII adalah sebuah role-playing game yang dirilis oleh Square Enix untuk platform Playstation 2 pada tahun 2006. Game bercerita tentang peran dingin antara 2 kerajaan besar yaitu Archadia dan Rozarria yang terdapat pada sebuah dunia fiksi bernama Ivalice. Dalmasca, sebuah kerajaan kecil di tengah-tengah Ivalice, yang juga berada di antara kedua kerajaan yang sedang berselisih tersebut dipilih menjadi tempat dimulainya game ini.
Cerita dimulai dengan bersatunya Dalmasca dan Nabradia setelah menikahnya Pangeran Rasler dari Nabradia dengan Putri Ashe dari Dalmasca. Namun tak lama setelah pernikahan mereka, Nabradia diserang oleh tentara-tentara Archadia dan dalam perang ini Rasler pun tewas. King Raminas, Raja dari Dalmasca pun terpaksa menandatangani penyataan kekalahan dan tunduk pada Archadia. Namun, setelah menandatangani pernyataan itu, King Raminas pun dibunuh oleh Basch –kapten militer Dalmasca). Rex, seorang prajurit Dalmasca yang berada dibawah pimpinan Basch tidak percaya dengan pengkhianatan yang dilakukan oleh Basch, pemimpin sekaligus idolanya dan Rex pun pulang dalam keadaan gila sampai akhirnya meninggal. Pasca kejadian tersebut, Marcus Ondore, seorang petinggi dari kerajaan Bhujerba yang juga masih kerabat dari King Raminas menyebutkan bahwa Basch telah dieksekusi dan Putri Ashe telah meninggal karena bunuh diri.
Dua tahun kemudian, Vaan, adik Rex yang bermimpi untuk menjadi sky pirates (pembajak angkasa) mencuri suatu barang saat pesta diangkatnya Vayne Solidor sebagai jenderal di Rabanastre (ibukota Dalmasca) yang ternyata merupakan batu berharga yang sedang diincar oleh Balthier, seorang sky pirate, dan rekannya Fran dari etnis Viera. Perlu diketahui pada game ini magic merupakan hal lumrah dimana magic dihasilkan oleh kabut (mist) dan terdapat suatu properti berbentuk batu yang disebut nethicite yang dapat menyerap energy dari mist. Nethicite ini terbagi dua yaitu deifacted nethicite dan manufacted nethicite dimana deifacted nethicite merupakan “batu” asli sementara manufacted nethicite adalah “batu” yang dibuat untuk “mengganti” deifacted nethicite yang terbatas. Kekuatan dari nethicite sebagai sumber kekuatan dan energi inilah yang kemudian dijadikan mitologi modern yang sekaligus mengarahkan plot cerita Final Fantasy XII.
Namun, meskipun perang besar yang terjadi di sini adalah antara 2 kerajaan besar Archadia dan Rozarria, perang tersebut hampir tidak pernah ditampilkan. Yang menjadi masalah adalah ketika Dalmasca diserang tanpa alasan yang jelas oleh Archadia dan Ashe berusaha mengembalikan kedaulatan negaranya sekaligus mencegah agar tidak terjadi perang besar antara Archadia dan Rozarria. Hal ini dianggap sebagai reperesentasi perang Irak dimana Amerika (dalam hal ini Archades) menyerang Irak tanpa alasan yang jelas kecuali niat untuk menguasai sumber energi alami yaitu minyak bumi (deifacted nethicite).
Mitologi Modern Pada Game Final Fantasy XII : Sebuah Representasi Terhadap Perang Amerika dan Irak
Imperialisme dan Neo-Liberalisme
Imperialisme merujuk pada sistem pemerintahan serta hubungan ekonomi dan politik negara-negara kaya dan berkuasa , mengawal dan menguasai negara-negara lain yang dianggap terbelakang dan miskin dengan tujuan mengeksploitasi sumber-sumber yang ada di negara tersebut untuk menambah kekayaan dan kekuasaan negara penjajahnya. Imperialisme menonjolkan sifat-sifat keunggulan (hegemony) oleh satu bangsa atas bangsa lain. Tujuan utama imperialisme adalah menambah hasil ekonomi. Negara-negara imperialis ingin memperoleh keuntungan dari negeri yang mereka kuasai karena sumber ekonomi negara mereka tidak mencukupi. Dalam Final Fantasy XII Imperialisme secara kasat mata terlihat dari keinginan Archadia untuk lebih unggul daripada kerajaan yang lain. Namun di dalam politik Archadia sendiri terdapat pertentangan untuk mengadakan perang karena yakin bahwa setiap individu di Ivalice berhak merasakan kedamaian. Adalah Vayne yang menginginkan peperangan dan merasa dirinya adalah pemimpin dari semua umat.
Saat tim Vaan masuk ke Archadia, Vaan merasakan bahwa tidak semua orang Archadia jahat, bahkan mereka tidak tahu keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemimpinnya (misalnya serangan ke Nabradia). Di Archades, perbedaan ras juga bukanlah masalah sosial namun perbedaan kemampuan ekonomilah yang memberikan kesenjangan. Begitu pula dengan Bhujerba, sebuah kerajaan kecil non-blok namun memiliki kekuatan ekonomi tinggi sehingga baik Archadia maupun Rozarria tidak berani “mengusik” negara tersebut karena banyaknya ketergantungan kerajaan besar ini kepada Bhujerba. Yang menarik, Bhujerba ini digambarkan mempunyai bahasa yang khas yaitu Sanskrit yang seakan-akan menjadi kode bahwa mereka menggunakan logat dan literasi yang tidak umum. Sama halnya dengan Cina dan Jepang dalam kehidupan nyata dimana negara tersebut tidak umum menggunakan huruf latin pada literasi dan memiliki bahasa sendiri.
Begitu besarnya pengaruh ekonomi yang terlihat dalam game ini (meskipun bukan merupakan inti cerita) seolah-olah memperlihatkan bahwa imperialisme dalam game ini hanya “kulit”nya saja, namun yang terjadi sebenarnya adalah Neo-Liberalisme.
David Harvey menyebutkan bahwa neoliberalisme dapat berarti finansialisasi segalanya. Kemampuan financial suatu negara dalam game ini diukur berdasarkan airship-nya, karena airship pada game ini membutuhkan energi yang tidak sedikit dan menjadi simbolisasi kemajuan suatu negara akan teknologinya. Pada akhir cerita dikisahkan bahwa peperangan antar dua kerajaan besar tersebut tidak terjadi dan Dalmasca memperoleh kembali kedaulatannya dari Archadia. Selanjutnya Ivalice dikisahkan damai dan tiap-tiap kerajaan berelasi dengan baik pula melalui perdagangan dan sistem transportasinya. Setiap kerajaan memiliki kebebasan dan kesamaan kesempatan untuk berkembang yang dalam hal ini jelas mengarah pada bidang perekonomian sehingga berkembanglah semacam revolusi yang digerakkan oleh kompetisi perdagangan bebas meskipun hal ini tidak terlihat pada permainan.
Peminjaman Konsep pada Setting Final Fantasy XII
Konsep Diversity
Konsep Diversity dalam Final Fantasy XII dapat dimaknai sebagai simbol bahwa dunia ini memiliki berbagai macam ras yang berbeda-beda yang memiliki kesamaan hak untuk hidup bebas dan merdeka. Dalam Final Fantasy terdapat beragam ras seperti manusia (Hume),Seeq, Bangaa, Moogles, Garif, Baknamy, Urutan-Yensa dan Viera. Yang menarik dalam game adalah meskipun dalam kehidupan bermasyarakat (mis: keadaan di kota, pasar dlsb) tidak terlihat perbedaan derajat sosial antara ras yang satu dengan yang lain, tampuk kepemimpinan 2 kerajaan besar tersebut masih dominan pada ras manusia(hume).
Bangunan pada Kota-Kota dalam Final Fantasy XII
Dalmasca dan Nabridia yang telah hancur adalah perwakilan dari negara-negara di timur tengah. Hal ini dapat dilihat dari bangunan dan posisi geografis Rabanastre sebagai ibukota Dalmasca yang dikelilingi oleh padang pasir.
Sebagai perbandingan, berikut ditampilkan beberapa foto suasana pasar di daerah timur tengah.
Selain Rabanastre yang digambarkan sebagai perwakilan daerah timur tengah, Archades (ibukota Archadia) pun digambarkan dalam bentuk sebuah kota dengan bangunan-bangunan pencakar langit dan teknologi tinggi seperti halnya Amerika Serikat. Dalam cerita dikisahkan bahwa Archades terdapat Darklor Laboratory tempat eksperimen dan pengembangan manufacted nethicite sebagai “senjata” untuk menguasai Ivalice. Hal ini sama halnya dengan Pentagon yang diisukan merupakan pusat pengembangan senjata rahasia AS yang salah satunya adalah nuklir.
Dari peminjaman konsep-konsep yang telah dipaparkan dapat dilihat bahwa Ivalice adalah sebuah representasi dari world-system saat ini. Pembuatan airship-airship canggih baik sebagai alat perang maupun sebagai sarana transportasi dengan bahan bakar nethicite secata implisit menunjukan eksploitasi atas bahan bakar. Balthier, seorang Archadian dan juga anak dari tokoh penting di Kerajaan Archadia merupakan simbol pemberontakan yang terjadi di negara Amerika itu sendiri yang menentang serangan ke Irak. Begitupun dengan Gran Kiltias, seorang suhu yang telah diakui kedudukan dan kebijaksanaannya di seluruh penjuru Ivalice, hanya duduk diam dan mengurusi pengungsi yang terus bertambah di Mt.Bur-Omisance. Gran Ivalice seakan-akan menggambarkan sikap Paus yang secara verbal mengatakan tidak setuju atas invasi Amerika ke Irak namun tidak melakukan tindakan kongkrit untuk mencegahnya. Mungkin akan berbeda seandainya negara yang diserang adalah negara yang didominasi oleh penduduk Kristiani taat. Yang menarik dalam game ini adalah bagaimana kejadian-kejadian tersebut didistorsi dan dinaturalisasi dalam game Final Fantasy XII sehingga menjadi mitologi modern dalam Final Fantasy XII ini.
Sangat setuju sih utk konsep diversity di Final Fantasy XII, setiap ras memiliki hak yang serupa tidak dibedakan’ antara satu dgn yg lain. Tetapi yang paling lucu dan imut ttp ras Moogles 😀