Gara-gara blog mba Ainhy ,saya jadi penasaran dengan novel Dan Brown terbaru yang berjudul Origin.
Terlepas dari kehebohan saat launching bukunya pertama kali, entah kenapa kali ini saya agak takut-takut membelinya, kenapa? karena sekali lagi, kali ini Dan Brown “berbicara” tentang Tuhan dan kiamat, sesuatu yang saya pikir membuat namanya fenomenal saat dulu meluncurkan Da Vinci Code.
Saya sendiri pada masanya adalah seseorang yang ikut takjub dengan alur dan plot dari Da Vinci Code, Da Vinci Code bahkan mampu memancing orang-orang lain untuk membuat buku-buku penunjang yang masuk kategori non-fiksi dengan tema sejenis : Konspirasi Kristen. Pun, setelah terkagum-kagum dengan plotnya saya juga menonton versi layar lebarnya.
Beberapa tahun kemudian….
Beberapa tahun kemudian saya tidak sengaja membahas novel Da Vinci Code dengan teman saya yang beragama Kristen. Bukan membahas juga sih, tapi lebih tepatnya “nyaris membahas”.
Saya tanya, “Lo baca Da Vinci Code?”
“Umm..Engga.”
“Loh kenapa? Bagus sih”
“Hmm, apa ya… Soalnya bahasannya soal agama gitu sih, apalagi bawa-bawa konspirasi, gak nyaman aja gue…”
Iya juga kupikir. Kalau ada sebuah film yang membahas “konspirasi Islam” mungkin saya juga akan merasa ga nyaman. Takut kalau-kalau ada indikasi “membelok-belokkan” agama Islam.
Hal itulah yang membuat saya ragu untuk membeli Origin di awal peluncurannya di Indonesia, karena salah seorang tokoh dalam novel tersebut yang ada di situ adalah seorang muslim yang notabene punya titel “imam besar” (semacam itulah)..
Blog Walking ke Blognya Mba Ainhy
Setelah Mba Ainhy mampir ke review buku saya yang lain, saya pikir pasti mba Ainhy ini juga suka membaca. Dugaan saya tidak salah karena saya menemukan review buku juga di blog mba Ainhy, salah satunya adalah review buku Origin-nya Dan Brown ini.
Tentu saja review buku ini sebisa mungkin menggambarkan isi buku tanpa harus membocorkan detail cerita alias spoiler. Akhirnya karena penasaran dengan kegelisahan saya saat launching buku Origin, saya tanya bagaimana novel tersebut dari sudut pandang Islam? apa novel tersebut memiliki kekuatan konspirasi sebesar Da Vinci Code? Beliau bilang : tidak dan akhirnya saya belilah novel tersebut.
Akhirnya Membeli dan Membaca Origin
Meskipun ini adalah novel 500 halaman tidak perlu waktu lama menghabiskan buku ini karena ternyata saya sanggup menghabiskan membacanya dalam 1 hari (lebih sedikit sih). Dari pagi sampai tengah malam, kira-kira jam setengah 1 malam lah.
Kemampuan Dan Brown membawa alur dan mengaduk rasa penasaran pembacanya memang patut diacungi jempol, namun demikian dari segi ide cerita yang membawa tema fusion antara cyber technology dan agama, menurut aku inti ceritanya biasa aja. Yang menarik (seperti biasa) adalah adegan action & kejar-kejarannya Robert Langdon.
Mungkin hal ini dipengaruhi karena memang sejak lanjut kuliah magister, saya sudah sering bertemu dengan tema-tema cybertechnology yang mana kadang ada teori-teori yang lebih gila lagi, yang bikin saya nonton ‘Minority Report” harus di-pause beberapa kali karena megap-megap melihat apa yang ada di layar banyak menampilkan teori dan prediksi futurolog yang saya ketahui.
Overall, kalau kamu baru mulai atau jarang membaca hal-hal seputar cybertechnology, this book is a fun start. But for personal disclaimer, kalau kamu Islam mungkin buku ini ga terlalu offensive, tapi kalau kristen saya kurang tau apakah beberapa part di buku ini yang cukup sensitif (?) karena memang misterinya masih berada dalam lingkup gereja dan “sekte-sekte” nya (kalau di Islam ibarat ISIS kali ya…).
Yah, meskipun ternyata gak sebesar ekspektasi saya (memang berekspektasi itu biasanya kecewa), tapi tetap seru kok. Dibuktikan dengan cepatnya saya menyelesaikan novel ini.
Nah, apakah kamu sudah baca novelnya? Bole banget ngasi kesan-kesan baca novelnya di kolom komentar ya~
Mungkin saya butuh satu minggu untuk menimbang apakah membeli atau tidak, satu minggu buat nabung, satu minggu buat ngumpulin niat untuk baca, satu minggu lagi untuk menyelesaikannya. totalnya satu bulan untuk baca buku setebal dan seserius ini, eekwkekwe