Di-Watermark atau Tidak?

Tidak ada benar-salah antara membubuhkan watermark atau tidak. Baik di-watermark ataupun tidak memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tergantung kepada preferensi kita.

Melalui postingan ini saya ingin sharing pendapat tentang penggunaan watermark dalam foto. Haruskah kita watermark foto kita? atau tidak perlu?

Alasan Mengapa di-Watermark

1. Credit Terlampir

Dengan menambahkan watermark otomatis kita membubuhkan credit pada foto kita sendiri. Banyak orang malas mencari sumber foto dan main asal pakai saja. Dengan membubuhkan watermark setidaknya kita memberi tanda pada hasil karya kita sehingga jika ada yang lupa memberi kredit, orang lain yang melihat tetap bisa mengetahui milik siapa foto/karya itu sebenarnya.

2. Sebagai Branding

Sama halnya dengan label pada pakaian. Memberikan watermark dapat mengesankan suatu branding tersendiri bagi pemiliknya.

3. Melindungi Foto/Image dari Pencurian Digital

Dengan era yang serba digital, foto/image yang diupload bisa dengan mudah diambil orang. Untuk melindungi foto dari pencurian, watermark dianggap sebagai langkah mudah perlindungan foto. Kenapa mudah? Karena sifatnya “menindih” foto, jadi bisa dibilang dapat dilakukan oleh software-software pengolah image digital, pun aplikasi untuk membuat watermark sudah banyak beredar di jagad maya tinggal kita pilih mana yang kita suka.

Alasan Mengapa Tidak Di-Watermark

mona-lisa
Sumber: photodoto.com

1. Watermark Membuat Foto/Image Menjadi Jelek

Apalagi kalau tidak diimbangi dengan kemampuan desain/tipografi yang baik. Watermark bisa terlihat kebesaran, terlalu kontras dengan foto, mengganggu objek foto karena desain watermark yang terlalu mencolok, font yang digunakan tidak sesuai, dlsb. Saya sendiri juga punya masalah dengan hal ini, watermark yang dulu saya anggap bagus dan kece badai ternyata setelah beberapa tahun kemudian saya lihat lagi cukup membuat kening saya berkerut….

2. Niat Mencuri Sudah Bulat

Jadi katakanlah kita meletakkan watermark cukup kecil untuk tidak mengganggu foto. Namun kalau memang di luaran sana si maling foto memang sudah berniat mencuri foto, maka watermark yang kecil itu bakal dengan mudah diedit sedemikian rupa sehingga seolah-olah watermark itu tidak pernah ada di sana. Apalagi kalau posisi watermark-nya di ujung yang hanya cukup dengan meng-crop saja sudah hilang. Makanya ada sentimen kalau mau buat watermark untuk melindungi foto buatlah segede-gede dosa di tengah foto sehingga susah diedit, atau dibuat seperti pattern yang menyebar di setiap sisi foto seperti sh*tterstock. Jadi mengingat hal itu, bagi sebagian orang berpikir buat apa membuang waktu membuat watermark yang beresiko menghancurkan komposisi foto? Kalau memang di luar sana sudah niat mencuri, percuma membuat watermark.


Nah, kalau kamu sendiri cenderung bagaimana? Kalau saya sih masih memilih memasang watermark, lebih kepada branding diri sih. Semoga kalau misalnya foto saya menyebar, ada yang cukup perhatian dengan fotografer/creator nya dan saya pun bisa terkenal. Hehe.

Oiya, konon katanya untuk perlindugan digital bisa juga dengan membubuhkan copyright di bagian EXIF foto, sehingga nama kita tersimpan sebagai metadata jadi tidak mengganggu si foto namun kita masih bisa mengklaim kepemilikan foto tersebut.

Kalau ada ide bagaimana cara melindungi karya digital dengan metode lainnya boleh dishare di kolom komentar ya 😉

Share on:

with love,

vriske rusniko | @vriskerusniko |vriske@windowslive.com

Thank you for all the readers! If you like the content and want to support, you can donate via Ko-fi (Global) or Trakteer (Indonesia)

Postingan sebelumnya

Postingan selanjutnya

Tinggalkan komentar

Home
Journal
Design
Others
Search